Laman

Sabtu, 12 November 2016

Pesan untuk diri sendiri.

Terlepas dari bagaimana cara orangtua nya mendidik. Tidak sedikitpun pantas seorang anak menaikkan intonasi suara saat berbicara dengan ayah / ibunya.

Jikalau memang ayah / ibunya buruk cara mendidik. Harusnya anak yang sudah dewasa, memiliki akal sehat, dan apalagi (mengaku) ber-intelektual mampu memutus rantai keburukan tersebut. Yaitu dengan cara tidak membalas hal yang sama kepada orangtua nya.

Saya memiliki keyakinan bahwa setiap orang tua yang masih waras, selalu mampu melihat segala apa yang anaknya lakukan kepadanya. Untuk memulai ataupun memutus mata rantai yang buruk pun, mereka mampu jika melihatnya dari mata anak mereka sendiri.

Saya diajarkan banyak hal baik oleh ayah, ibu, juga agama saya. Mengacu kepada quran &  hadist pun, keduanya mewajibkan anak berbuat baik kepada ayah / ibunya.

Paling tidak, kalau tidak bisa berbuat baik kepada orang tua, berbuat baiklah kepada mereka, namun untuk anak-anak kita kelak.

Karena hidup hanyalah perihal bergantian. Perbuatan seperti apa yang hari ini kita lakukan kepada orangtua kita, kelak anak kita pun bergantian melakukan itu kepada kita.

Saya adalah alasan mengapa ayah & ibu saya sejak saya lahir sudah bekerja keras sampai hari ini. Mereka lakukan itu demi saya, anaknya.

Sekarang coba lihat lagi orang tuamu (pembaca), jika masih melakukan hal yang sama, namun hubungan denganmu masih kurang baik karena egomu yang terlalu besar dan angkuh. Coba difikirkan lagi, apakah kita layak dipanggil anak?

Gegana Agung Putra, Tualang 11 november. Ditulis di atas bus karyawan menuju Rumbai pukul 17:48, dengan kepala pusing dan sedikit mual, namun tetap menulis pesan ini, untuk diri sendiri.